Secara sederhana, proses pemasaran dibagi dalam tiga bagian utama, yakni: (1) memastikan calon klien/pembeli potensial; (2) mempublikasikan produk/jasa yang ditawarkan, mendekati pembeli/klien potensial; (3) kiat menjual produk/jasa yang ditawarkan. Kemampuan menjalankan ketiga kegiatan tersebut pada dasarnya juga merupakan bagian dari kecakapan menjual (salesmanship).
Kemampuan ini jelas merupakan bagian penting yang harus dikuasai seorang pengusaha. Sebuah studi yang dilakukan terhadap para pemodal ventura, menilai pentingnya manajemen pemasaran terhadap keberhasilan usaha diberi nilai 6,7 dalam skala 7. Mereka selanjutnya bersepakat bahwa nilai kegagalan usaha dapat diturunkan, sampai sebesar 60 %, melalui analisis pasar yang lebih baik (Bygrave,1996).
Penguasaan terhadap aspek pemasaran menjadi penting karena memang berdampak pada keputusan konsumen untuk jadi/tidak membeli barang kita. Untuk itu kita pun perlu menyelami alur berpikir konsumen. Berdasarkan penelitian ahli pemasaran, keputusan pembelian suatu barang/jasa oleh konsumen biasanya akan melewati lima tahapan berikut: (1) pengenalan kebutuhan, (2) pencarian informasi, (3) penilaian pilihan, (4) pengambilan keputusan pembelian, dan (5) perilaku konsumen pasca pembelian.
Pembelian merupakan bagian dari keseluruhan perbuatan manusia, yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani (hajatu al-udhawiyah) dan naluri (gharizah) baik berupa sandang, papan dengan segala kelengkapannya, pangan, sarana transportasi, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Kebutuhan yang telah menjadi potensi kehidupan yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia.
Dalam pemasaran, istilah kebutuhan (need) berarti hasrat untuk memenuhi kebutuhan, keinginan (want) adalah hasrat terhadap pemuas spesifik untuk terpenuhinya kebutuhan itu. Misalnya, dalam ungkapan: “butuh makan, ingin soto ayam”. Kebutuhan bersifat terbatas pemenuhannya, sedangkan keinginan tidak terbatas. Muncullah mie ayam/mie baso dengan ceker di bilangan Tebet, ada roti dengan embel-embel unyil yang khas Bogor, ada rujak yang dibebek asli Garut yang mengitari Jakarta dll. Jadi mie ayam ditambah ceker, roti biasa dibuat dalam ukuran kecil agar bisa sekali santap, ada rujak yang disajikan sudah ditumbuk rada halus. Inilah perpaduan kebutuhan makan dengan keinginan yang khas yang kemudian dicari oleh konsumen.
Terdapat empat sumber informasi yang dapat membantu konsumen menemukan produk yang layak dibeli untuk memenuhi tuntutan kebutuhannya. Pertama, sumber komersial yang sifatnya lebih banyak memberitahukan hal-hal seputar produk. Iklan merupakan sumber informasi komersial yang potensial dalam meraih calon pembeli. Kedua, sumber personal. Sifatnya lebih banyak memberikan penilaian dan memperkuat informasi produk yang diterima calon pembeli.
Ketiga, sumber publik, berupa kecenderungan publik dalam mengapresiasi suatu produk. Informasi yang diberikan biasanya melalui sebuah survei atau polling pendapat berkenaan dengan suatu jenis produk. Keempat, sumber pengalaman, berupa pengalaman sebelumnya berkaitan dengan penggunaan produk untuk memenuhi suatu kebutuhan. Pada beberapa orang, pengalaman yang beredar dari mulut ke mulut lebih banyak dan lebih efektif mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian barang. Salah satunya, ketika pengusaha menjual barangnya menjauhi sumpah yang berlebihan dalam menjual suatu barang, seperti sabda Nabi SAW, “Sumpah dengan maksud melariskan barang dagangan adalah penghapus berkah.” (HR. Bukhori dan Muslim). Sikap ini bukan saja membawa berkah, namun akan menjadi marketing efektif dari mulut ke mulut.
Terdapat tiga faktor yang kerap mempengaruhi penilaian konsumen terhadap produk. Ketiganya adalah (1) manfaat atau kepuasan dasar, (2) atribut produk, dan (3) perluasan produk (Bygrave, 1996). Produk yang sama mungkin memberikan manfaat atau kepuasan dasar yang berbeda bagi orang yang berbeda. Contohnya, bagi seseorang, mobil mewah Mercy (Mercedes Benz) berarti kenaikan status sosial; sementara bagi orang yang lain merupakan alat transportasi yang nyaman, tenang dan terpercaya.
Para pemasar juga harus memahami hubungan antara kepuasan yang bersifat subyektif dengan atribut produk nyata yang bersifat obyektif. Merek, kualitas, kemasan, dan gaya dari mobil mewah Mercy umumnya meningkatkan kepuasan yang dirasakan oleh konsumen. Sekalipun, pada sejumlah orang, atribut produk kadang mendapatkan perhatian sangat sedikit dalam proses pengambilan keputusan pembeliannya.
Perluasan produk yang dimaksud adalah unsur pemasaran yang berada di luar produk itu sendiri tapi tetap mendapat penilaian dari konsumen. Bagi mobil mewah Mercy, ini mencakup hal-hal seperti jasa garansi, promosi berorientasi pada status sosial, dan pengaturan pengiriman atau kenyaman distribusi serta citra perusahaan. Ketiga faktor tersebut di atas secara bersama-sama membentuk persepsi konsumen mengenai suatu produk.
Pada tataran ini, tugas seorang pemasar yang ingin meraih ‘berkat’ dan berkah adalah memadukan ketiga faktor ini ke dalam perilaku pemasaran yang konsisten dan sinergis untuk memenuhi kehendak pasar sasaran yang telah ditentukan sembari melakukan edukasi syariah kepada pasar. Jadi, ketika konsumen mengambil keputusan pemilihan produk yang akan dibeli, pertimbangan syariah sudah melekat di dalamnya. Konsumen akan memilih produk yang halal dan thoyyib saja, barulah unsur atribut lainnya, seperti merek, kemasan, kualitas dstnya menjadi pertimbangan berikutnya.
Pembelian Pada tahapan ini, konsumen telah memantapkan pilihan terutama berdasarkan tujuan pemenuhan kebutuhan yang sesungguhnya. Namun begitu, proses pengambilan keputusan oleh konsumen ini masih dapat dipengaruhi oleh faktor sikap orang lain dan keadaan yang tidak terduga. Tidak jarang, keputusan pembelian yang telah dirancang dengan baik, akhirnya berubah hanya karena sikap orang lain. Ketika, misalnya, telah diputuskan untuk membeli Toyota Kijang guna memenuhi kebutuhan transportasi keluarga yang nyaman, tenang dan terpercaya, secara tiba-tiba diubah menjadi Mercy – betapapun mahalnya -, hanya karena terpengaruh oleh sikap rekan bisnis yang membeli mobil yang memang prestisius itu sebagai simbol kenaikan status sosial.
Perubahan keputusan bisa pula terjadi dengan adanya keadaan yang tidak diduga-duga sebelumnya, seperti musibah dan munculnya kebutuhan mendadak yang menghendaki dilakukannya prioritas ulang terhadap pemenuhan kebutuhan. Bagi pemasar yang ingin mendapatkan ‘berkat’ dan berkah dalam setiap aktivitas pemasaran yang dilakukannya, menjadi penting untuk dapat berempati pada pengambilan keputusan konsumen.
Pemasaran adalah juga proses pembelajaran bersama antara pemasar dan calon konsumen. Proses edukasi secara bijak dan tepat akan membantu konsumen untuk mengambil keputusan pembelian terhadap produk yang halal dan thoyib saja. Dengan begitu, pemasar tidak hanya melaksanakan fungsi pemasaran. Tapi lebih dari itu, proses pemasaran yang dilakukan berhasil diintegrasikan dengan fungsi dakwah menyeru pada kebaikan (Islam). Jika sudah begini, maka bukan hanya ‘berkat’ yang diraih, tapi juga berkah. Bukankah kita tidak boleh menutup hak orang lain untuk mendapatkan hidayah?
Penulis: Karebet Widjajakusuma
Dikutip dan dikembangkan dari buku Menggagas Bisnis Islami, M. Ismail Yusanto & Karebet Widjajakusuma, Gema Insani.