Osman Ghazi. Osman sang kesatria Allah. Begitulah. Osman adalah sumber dari legenda mimpi besar ! Mimpi besar itu disimbolkan dengan bintang di tengah-tengah bulan sabit yang melambangkan Pembebasan Konstantinopel. Mimpi yang diwariskan sebagai keyakinan dari Osman ke anaknya Orhan dan terus berlanjut kepada seluruh keturunannya hingga sampailah ke tangan Al Fatih.
Konstantinopel pun menjadi perhatian Al Fatih sejak kecil. Sebuah perhiasan yang harus ia dapatkan pada masanya dan dengan tangannya sendiri. Sebuah kizil elma (apel merah yang menyimbolkan pencapaian tertinggi) yang harus dipetiknya sendiri. Yap, setelah 7 turunan dari Osman, ia ingin agar dirinyalah keturunan Osman yang merealisasikan mimpi besar leluhurnya. Dan yang lebih penting lagi, dan ini paling tinggi nilainya, karena ini sumber dari mimpi besar kakek buyutnya, adalah ia ingin menjadi ahlu bisyarah, yakni sosok yang dikatakan Rasulullah SAW dalam hadits pembebasan Konstantinopel sebagai ‘sebaik-baik panglima’.
Hadits-hadits kabar masa depan tentang pembebasan Konstantinopel sangat melekat di benaknya. Diriwayatkan, Abu Qubail bercerita, “Ketika kita sedang bersama Abdullah bin Amr bin al-Ash, dia ditanya, ‘Kota manakah yang akan dibuka terlebih dahulu; Konstantinopel atau Roma?’ Abdullah meminta kotak dengan lingkaran-lingkaran miliknya. Kemudian dia mengeluarkan kitab. Lalu ia berkata, ‘Ketika kita sedang menulis di sekitar Rasulullah SAW, Beliau ditanya: Dua kota ini manakah yang dibuka lebih dulu: Konstantinopel atau Roma?’ Rasul menjawab, ‘Kota Heraklius dibuka lebih dahulu.’ Yaitu: Konstantinopel’.” (HR. Ahmad, ad-Darimi dan al-Hakim)
“Konstantinopel pasti akan ditaklukkan. Sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin yang memimpin penaklukkannya, dan sebaik-baik tentara adalah tentara yang menaklukkannya.” (HR. Bukhari, Ahmad, dan al-Hakim)
Selain hadits-hadits di atas, ada Motivasi Khandaq! Ya saat perang Khandaq! Dalam sebuah riwayat dikisahkan situasi saat perang Khandaq. Situasi demikian genting ketika itu. Para sahabat Nabi SAW dihimpit kelaparan di musim dingin dan di tengah kepungan koalisi musuh yang demikian besar. Situasi yang memerlukan terobosan, breaktru! Tak ada balasan hadiah duniawi yang dijanjikan Rasulullah SAW, hanya surga dan pengampunan Allah Swt. Namun, itulah sikap Sahabat. Akhirat menjadi visinya, bukan dunia. Visi yang dipenuhi keyakinan dan sekaligus kesiapan untuk berkorban. Sebuah panggung pertunjukan keyakinan para Sahabat yang kokoh dan kuat yang berpadu dengan kerja keras, cerdas dan tak kenal menyerah. Pertunjukan yang melahirkan terobosan, breaktru, bahkan sesuatu yang asing saat itu, berupa ikhtiar penggalian parit (khandaq) buah gagasan Salman al Farisi. Semua satu frekuensi menjelma menjadi super team (together everyone achieves miracle), achieving the impossible dalam bahasa Al fatih. Tentu selalu dengan idznullah dan nashrullah.
Di saat itulah Rasulullah SAW dengan lantang menjanjikan akan datangnya masa ketundukan musuh yang jauh lebih besar. Bukan saja musyrikin Arab, bahkan adidaya imperium Romawi Timur pun akan tiba masanya untuk dikalahkan. Ditundukkan untuk menghilangkan halangan dakwah, ditundukkan untuk membebaskan umat dari penghambaan kepada makhluk menjadi hanya kepada Allah Swt semata ! Ditundukkan untuk dibebaskan agar terjadi rahmatan lil alamin!
Al-Bara’ menegaskan, “Ketika perang Khandaq, kami menemukan sebuah batu besar yang keras di salah satu parit yang tidak bisa dipecahkan dengan cangkul. Lalu kami mengadukan hal itu kepada Rasulullah SAW. Maka Beliau SAW pun datang sambil membawa cangkul kemudian mengucapkan, “Bismillah.” Selanjutnya langsung memukul batu itu dengan sekali pukulan. Kemudian mengucapkan, “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku kunci-kunci kerajaan Syam (Bizantium, Romawi Timur). Demi Allah, saat ini aku benar-benar melihat istana-istananya yang (penuh dengan gemerlapan).”
Kemudian beliau memukul tanah itu untuk yang kedua kalinya. Maka terpecahlah sisi yang lainnya. Lalu beliau pun bersabda, “Allahu Akbar, telah diberikan kepadaku negeri Persia. Demi Allah, aku benar-benar melihat istana kerajaannya yang penuh dengan gemerlapan sekarang ini.”
Lantas beliau memukul tanah itu untuk yang ketiga kalinya seraya mengucapkan, “Allahu Akbar.” Maka terpecahlah bagian yang tersisa dari batu itu. Kemudian beliau bersabda, “Allahu Akbar, aku benar-benar diberi kunci-kunci kerajaan Yaman. Demi Allah, aku benar-benar melihat pintu-pintu Shan’a dari tempatku ini.” (Al-Mubarakfuri, 2005).
Pertunjukan kemustahilan pun terjadi ! Parit raksasa itu tuntas dibuat. Parit itu disebutkan mencapai 5.544 meter (5 Km), lebarnya 4,62 meter, dan kedalaman 3,234 meter. Dalam riwayat lain disebutkan, panjang parit itu mencapai 5.000 hasta, dan lebarnya sembilan hasta. Setiap 10 orang mendapat jatah untuk menggali sekitar 40 hasta. Sesuatu yang tak mudah, apalagi tak ada alat berat saat itu!
Manajemen proyek yang sangat efektif dan efisien pun dilakukan. Kaum Muhajirin bertanggung jawab untuk menggali dari sekitar benteng Ratij di sebelah timur sampai benteng Dzubab. Sedangkan kaum Anshar menggali mulai dari benteng Dzubab sampai Gunung Ubaid di sebelah barat. Mega proyek itu berhasil diselesaikan selama 9-10 hari. Riwayat lain menyebutkan hanya selama enam hari. Sebuah strategi yang out of the box di zamannya. Mencengangkan pihak musuh!
Masya Allah tabarakallah. Bi idznillah wa bi nahsrillah, perang Khandaq pun sukses dimenangkan Kaum Muslimin. Pasukan koalisi musuh pun dibuat frustasi tak berdaya dan pulang dengan lunglai! Dan dalam situasi seperti ini, kabar gembira masa depan pun telah disampaikan.
Osman pun mengambil ibrah. Inilah karakter Ghazi, Kesatria Islam terpercaya. Sebagaimana yang telah dipertunjukkan oleh generasi sahabat, generasi terbaik kaum Muslimin. Karakter istimewa yang sanggup mengusung mimpi besar dari Nabinya yang mulia. Karakter yang juga melekat erat pada seluruh keturunannya, termasuk Al Fatih!
Mimpi Besar adalah Perkalian antara Keyakinan yang Kokoh dan Kuat dengan Kerja Keras, Cerdas dan Tak Kenal Menyerah. Team Building merapikan dan memuluskannya. Semuanya berlangsung dalam Koridor Taqarrub ilallah.